SEJAK medali emas pada SEA Games 1991 di Manila, raihan terbaik
timnas Indonesia adalah medali perak pada 1999 di Brunei dan 2011 di
Jakarta. Kini, pada ajang SEA Games 2013 di Myanmar, ratusan juta
masyarakat pun akan kembali menyaksikan apakah Garuda Muda bisa kembali
berpesta atau meneruskan duka sepak bola.
Rekaman perjalanan timnas Indonesia di SEA Games
1991, Manila, Filipina
Kegagalan
di Singapura membuat Indonesia berbenah untuk menghadapi SEA Games kali
ini. PSSI pun mendatangkan pelatih asal Rusia, Anatoly F Polosin, yang
dikenal sangat tegas dalam menerapkan kedisplinan di timnas. Sikap pun
tersebut membuahkan hasil karena Indonesia mampu kembali meraih gelar
juara tahun ini.
Indonesia bernaung di Grup B bersama Malaysia,
Filipina, Malaysia, dan Vietnam. Sepanjang babak penyisihan, Indonesia
tampil perkasa karena tidak terkalahkan dari tiga laga saat melawan
Malaysia (2-0), Vietnam (1-0) dan Filipina (2-1).
Ujian berat
bermula di babak semifinal karena Indonesia kembali menghadapi Singapura
yang mengempaskan skuad Garuda pada 1989. Namun, skuad Garuda berhasil
melaju ke final karena menang adu penalti 4-2 setelah bermain imbang
tanpa gol hingga babak tambahan.
Di partai
pamungkas, Widodo C Putro dan kawan-kawan akhirnya sukses
mempersembahkan emas kedua dari cabang sepak bola bagi Indonesia di SEA
Games. Kesuksesan tersebut tercipta setelah mereka mampu menang 4-3
lewat babak adu penalti atas "musuh besarnya", Thailand.
"Nah,
kini pemain telah berjuang untuk menang. Ini berarti mereka itu sudah
mengetahui betul tanggung jawab yang dibebankan. Karena juara itu susah
dicari, tapi pemain bagus bisa diciptakan," kata Polosin seusai
pertandingan melawan Thailand. (Kompas, Kamis 5 Desember 1991).
1993, Singapura
Sejak emas di Manila, kondisi
sepak bola Indonesia mulai bergejolak, khususnya di level kompetisi dan
organisasi PSSI. Prestasi timnas di sejumlah laga uji coba pun kurang
baik karena secara keseluruhan, sepanjang 1993, Indonesia kebobolan 19
gol dan hanya mampu memasukkan enam gol saja. (Kompas, Kamis, 13 Mei 1993).
Indonesia
bergabung di Grup B bersama Singapura, Vietnam, dan Filipina. Meski
mampu lolos dari penyisihan grup, Indonesia untuk sekian kalinya harus
mengakui keunggulan Thailand di semifinal. Gol kemenangan Thailand
ditentukan Vitoon Kijmongkolsak dua menit memasuki paruh kedua.
"Saya
kecewa, anak-anak sudah bermain dengan bagus. Tetapi, jangan salahkan
Toplak (pelatih Indonesia). Salahkanlah Ketua PSSI," ujar Ketua PSSI
Azwar Anas setelah pertandingan semifinal kontra Thailand.
1995, Chiang Mai, Thailand
PSSI
kembali ditargetkan meraih emas yang hilang sejak 1991. Bahkan, Ketua
Umum KONI Pusat saat itu, Wismoyo Arismunandar, sempat berencana akan
mengenakan budaya malu kepada segenap jajaran dan pengurus PSSI jika
target emas yang dicanangkan gagal diraih.
Namun,
apa daya, Indonesia kembali menelan kegagalan di ajang kali ini. Proyek
Primavera yang ketika itu dieluk-elukan sebagai cara untuk membina
pemain muda pun dinilai gagal karena Indonesia secara memalukan untuk
kedua kalinya tidak lolos dari putaran grup A yang juga diisi Thailand,
Kamboja, Malaysia, dan Vietnam.
"Saya mengakui
tim sepak bola Indonesia gagal mengemban tugas bangsa yang diamanatkan
KONI Pusat untuk meraih medali emas di SEA Games ini. Saya minta maaf
kepada seluruh pencinta sepak bola Tanah Air," ujar Nirwan Bakrie,
manajer timnas Indonesia saat itu. (Kompas, Kamis 14 Desember 1995).
1997, Jakarta, Indonesia
Indonesia
kembali mendapat kehormatan menjadi tuan rumah di ajang SEA Games kali
ini. Cabang sepak bola pun mulai berbenah agar bisa membayar kegagalan
dari dua turnamen sebelumnya, meski sejumlah masalah pelik masih menghinggapi perjalanan roda kompetisi nasional.
Tampil
di hadapan pendukung sendiri, Indonesia bermain baik sepanjang babak
penyisihan grup A karena tidak terkalahkan dari empat laga yang
dilakoni. Laos dihajar 5-2, Malaysia disikat empat gol tanpa balas,
Filipina ditaklukkan 0-2. Hanya Vietnam yang mampu menahan Kurniawan Dwi
Yulianto dan kawan-kawan 2-2.
Keperkasaan
berlanjut di semifinal. Menghadapi Singapura, Indonesia berhasil menang
2-1 lewat torehan Bima Sakti dan Fachry Husaini. Namun, awan gelap
kembali muncul di partai puncak karena secara tragis Indonesia kembali
dihentikan langkahnya oleh Thailand lewat babak adu penalti.
"Inilah
permainan sepak bola. Pemain saya sudah terlalu banyak menanggung
beban, bahkan jauh sebelum SEA Games dimulai. Kalaupun mereka tak
sanggup menahan beban dalam adu tendangan penalti, itu semua hanya
faktor ketidakberuntungan belaka," ujar pelatih timnas kala itu, Henk
Wullems. (Kompas, Minggu 19 Oktober 1995).
1999, Bandar Seri Begawan, Brunei
SEA Games XX
di Brunei menjadi debut Bambang Pamungkas. Bambang yang ketika itu
bermain untuk Persija Jakarta dan masih berumur 19 tahun menjadi ujung
tombak timnas Indonesia bersama Kurniawan Dwi Julianto, Widodo C Putra,
dan Rochi Puttiray.
Di babak penyisihan grup, Bambang menjawab
kepercayaan pelatih Nandar Iskandar dengan menyumbang dua gol saat
Indonesia menaklukkan Malaysia 6-0 di Stadion Berakas Track and Field
Complex, 2 Agustus.
Indonesia kembali tampil perkasa saat
penyisihan dan melaju ke semifinal dengan status sebagai juara grup A
yang diisi Singapura, Malaysia, Brunei, dan Kamboja. Akan tetapi,
lagi-lagi langkah Indonesia terhenti setelah ditaklukkan Vietnam 0-1.
Indonesia pun harus puas hanya mampu membawa pulang medali perunggu
setelah mengalahkan Singapura 4-2 lewat babak adu penalti.
2001, Kuala Lumpur, Malaysia
Menjelang
tampil di SEA Games 2001, Indonesia sudah kembali dihadapkan kalimat
kegagalan ketika berlaga di kualifikasi Piala Dunia 2002 Grup 9 Zona
Asia. Namun, Indonesia yang dikawal oleh Bambang Pamungkas beserta Elie
Aiboy dan kawan-kawan mampu tampil baik di babak penyisihan grup.
Di
laga pertama, Indonesia mampu mengalahkan Vietnam berkat gol semata
wayang Maman. Setelah itu, giliran Brunei yang dicukur 9-0 di mana Bepe
dan Elie Aiboy mengemas hattrick pada pertandingan tersebut. Hanya tuan rumah, Malaysia, yang mampu mengalahkan Indonesia 2-1.
Di
semifinal, Indonesia bertatap muka dengan seteru lama, Thailand.
Indonesia sempat unggul 1-0 lewat sundulan Bepe saat pertandingan baru
berjalan kurang dari 120 detik. Akan tetapi, harapan pencinta sepak bola
Tanah Air untuk melihat timnas berprestasi kembali sirna setelah
Thailand mampu membalas lewat gol Anucha Kitpongsri pada menit ke-39 dan
Teeratep Winothai pada menit ke-105 pada perpanjangan waktu.
Di
perebutan tempat ketiga pun pasukan Benny Dollo ini malah tampil
semakin buruk dan kalah 0-1 langsung dari Myanmar. Pemain Myanmar Yan
Paing menggagalkan impian timnas merebut perunggu langsung pada menit
ke-44.
2003, Hanoi, Vietnam
Di turnamen
ini, Indonesia semakin mengalami penyurutan pretasi. Tantangan meraih
emas SEA Games pun semakin terasa berat setelah Bambang Pamungkas dan
kawan-kawan juga menelan kegagalan di ajang Piala Tiger setelah
dikalahkan Thailand 2-1 di partai final.
Meski di laga pertama
Grup A mampu menang 1-0 atas Laos berkat gol Bepe, posisi Indonesia
berada di ujung tanduk karena di pertandingan kedua mereka takluk 0-1
dari tuan rumah Vietnam. Mau tidak mau, Indonesia pun harus menjalani
partai hidup mati melawan Thailand agar bisa lolos ke semifinal.
Namun,
semangat Bepe dan kawan-kawan hancur lebur melihat keperkasaan Thailand
bermain. Skuad asuhan Sergei Dubrovin itu pun harus rela dibobol enam
kali tanpa mampu memberikan perlawan berarti. Indonesia pun pulang lebih
cepat dan kembali menelan kegagalan pada ajang kali ini di awal
kepemimpinan Ketua Umum PSSI Nurdin Halid.
2005, Bacolod, Filipina
Tidak
ada yang berubah dengan penampilan timnas Indonesia pada ajang SEA
Games 2005. Pada tahun ini, untuk kali pertama, Indonesia menurunkan
skuad U-23. Meski mampu lolos dari putaran grup B yang dihuni Vietnam,
Singapura, Laos, dan Myanmar, Garuda Muda kembali melepas emas setelah
dikalahkan Thailand 3-1 di partai semifinal.
Meski gagal
mempersembahkan medali emas, pelatih timnas Indonesia kala itu, Peter
Withe, menyatakan, bermain di babak semifinal melawan Thailand adalah
hasil terbaik yang bisa diraih timnas Indonesia dengan persiapan yang
pendek serta didukung buruknya kompetisi sepak bola di Tanah Air.
"Bisa
dilihat dalam pertandingan tadi bagaimana pemain-pemain Thailand yang
memiliki banyak pengalaman di klub bermain. Sementara sebagian besar
pemain Indonesia tak begitu banyak yang diberi kesempatan bermain di
klub," kata Withe. (Kompas, Sabtu 30 Desember 2005)
2007, Nakhon Ratchasima, Thailand
Ivan
Venko Kolev, pelatih asal Bulgaria, yang pernah membesut Indonesia pada
2002-2004, kembali dipercaya untuk memimpin skuad Garuda di ajang SEA
Games 2007, menggantikan Peter Withe. Namun, jutaan impian pencinta
sepak bola Tanah Air meraih emas kembali terkubur karena Indonesia
kembali tersingkir di babak penyisihan grup A.
Jumat 7 Desember,
tanggal pertandingan antara Thailand dan tim Merah Putih digelar,
menjadi puncak kelabu persepakbolaan Indonesia. Ditambah berbagai
kekisruhan di tubuh PSSI, tahun 2007 menjadi periode paling gelap bagi
olahraga terpopuler di negara berpenduduk lebih dari 200 juta jiwa ini.
Gol
dari Teeratep Winothai dan Anon Sangsonai yang hanya dibalas Jajang
Mulyana memastikan kegagalan tim Merah Putih ke semifinal SEA Games 2007
karena kalah selisih gol dari Myanmar, yang pada pertandingan
sebelumnya menaklukkan Kamboja 6-2.
2009, Vientiane, Laos
Penampilan
timnas U-23 yang akan menjadi wakil Indonesia di ajang SEA Games ini
sudah menunjukkan kekhawatiran dari berbagai laga uji coba yang digelar
sepanjang 2009. Maklum, tim besutan trio pelatih asal Uruguay, Alberto
Bica, Gabriel Gabriel Jorge Anom, dan Francisco Morales, ini
berturut-turut ditaklukkan tim senior Iran 0-5, timnas U-23 Iran 1-2,
Malaysia 0-1, Singapura 0-2, dan dan Malaysia 1-3.
Di ajang kali
ini, skuad timnas U-23 memang mendapat suntikan kekuatan ketika bomber
Persipura Jayapura, Boaz Solossa, yang sudah malang melintang di timnas
senior, diikutsertakan. Namun, nasib baik belum berpihak kepada skuad
Garuda Muda. Bahkan, ini adalah kali pertama dalam sejarah Indonesia
gagal di putaran grup dengan status sebagai juru kunci grup B.
Indonesia
tidak pernah meraih kemenangan sama sekali di putaran grup. Setelah
bermain imbang 2-2 melawan Singapura di laga pertama, konsisi sepak bola
Indonesia berada di titik nadir kehancuran setelah diempaskan Laos 0-2
dan dibekuk Myanmar 1-3.
2011, Jakarta, Indonesia
Kondisi
sepak bola Tanah Air belum juga membaik. Bahkan, keadaan semakin tidak
jelas arahnya setelah kisruh dalam tubuh organisasi PSSI semakin
menjadi-jadi dengan adanya dualisme kompetisi. Belum lagi dengan
kekalahan di final Piala AFF 2010 dari Malaysia yang begitu menyakitkan
hati.
Namun, secercah harapan mengulang
prestasi 1991 muncul ketika pemain-pemain muda seperti Titus Bonai,
Patrich Wanggai, Andik Vermansah mengisi skuad timnas U-23. Di
pertandingan pertama Grup A, mereka sukses menghajar Kamboja enam gol
tanpa balas dan setelah itu giliran Singapura yang dihajar 2-0.
Di
laga terakhir, Indonesia dinanti lawan berat, Thailand. Akan tetapi,
penampilan gemilang Tibo, Patrich Wanggai, dan Ferdinand Sinaga, yang
masing-masing mencetak gol ke gawang Thailand, sukses membuat pendukung
Indonesia bersukacita di Stadion Utama Gelora Bung Karno.
Setelah
menyingkirkan Vietnam 1-0 di semifinal, Indonesia kembali
dieluk-elukkan untuk meraih prestasi yang sudah 20 tahun hilang sejak
emas di Manila. Hal itu bisa dilihat dari antusiasme para ratusan ribu
suporter Indonesia yang berdatangan di SUGBK untuk menyaksikan partai
final melawan Malaysia.
Akan tetapi, nasib
berkata lain. Setelah berjuang dengan totalitas selama 120 menit
pertandingan, Indonesia dipaksa kalah dari Malaysia lewat adu penalti
3-4, setelah imbang 1-1 hingga perpanjangan waktu.
Indonesia
gagal dalam adu penalti setelah tendangan Gunawan Dwi Cahyo membentur
tiang dan eksekusi Ferdinand diblok kiper Khairul Fahmi. Penendang
lainnya, Tibo, Egi Melgiansyah, dan Abdulrahman sukses menunaikan
tugasnya.
Tendangan terakhir Malaysia yang menentukan kemenangan diambil
Bakhtiar Baddrol. Bola eksekusinya sudah diblok oleh Kurnia Meiga,
tetapi bola itu lolos dan masuk ke gawang Indonesia. Tamatlah perjuangan
Garuda Muda. Pesta yang sudah disiapkan pun kembali berubah menjadi
tangis duka karena prestasi di ajang Sea Games tak kunjung tiba.
(Tamat)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar